Jumat, 01 Juli 2016

KONSERVASI ARSITEKTUR












TUGAS KONSERVASI ARSITEKTUR
SIDHO FERBRYANDRY JAMANSYA
  22312913  |  4TB02




BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kota Kuno Banten atau Banten Lama adalah situs yang merupakan sisa kejayaan Kerajaan Banten. Letaknya relatif tidak jauh dari kota Jakarta, dapat ditempuh sekitar 2 jam dari Jakarta.
Di tempat ini terdapat banyak Situs peninggalan dari Kerajaan Banten, diantaranya, Istana Surosoan, Masjid Agung Banten, Situs Istana Kaibon, Benteng Spellwijk, Danau Tasikardi, Meriam Ki Amuk, Pelabuhan Karangantu, Vihara Avalokitesvara.
Sejak tahun 1995, Kota Kuno Banten telah diusulkan ke UNESCO untuk dijadikan salah satu Situs Warisan Dunia.

 

Gambar 1.1 Mesjid Agung Banten
( Sumber : warasfarm.wordpress.com )

Mesjid Agung Banten merupakan salah satu situs yang harus di lestarikan, karena Mesjid Agung Banten merupakan situ peninggal sejarah kerajaan banten yang memiliki nilai sejarah dan juga nilai arsitektur.
Tidak hanya Mesjid Agung Banten saja yang berada di kawasan Kuno Banten atau Banten Lama, masih banyak lagi peninggalan-peninggalan sejarah Kerajaan Banten yang memiliki nilai-nilai sejarah dan arsitektur yang harus di lestarikan dan di kembangkan menjadi sebuah kawasan yang dapat memberikan ilmu sejarah dan dapat meningkatkan perekonomian daerah sekitar.
Akan tetapi hal ini harus di imbangi dengan fasilitas aksesbilitas dan pedagang kaki lima ( PKL ) yang ada di kawan tersebut, minimnya fasilitas aksebilitas akan berdampak pada pengunjung yang datang ke Banten Lama dan pedagang kaki lima ( PKL ) yang tidak beraturan dan tidak teratur akan menghambat perkembangan pendapatan keuangan yang ada.
Maka dari itu di perlukannya konservasi dan pelestarian dari kawasan Banten Lama agar minta warga dan pengunjung menjadi naik dan pendapatan keuangan daerah sekitar meningkat.











BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1.     Tindakan Pelestarian
Berdasarkan hasil penelusuran dan pengamatan kawasan Banten Lama memiliki banyak nilai sejarah historial hingga arsitektural. Hai ini bisa dijadikan suatu nilai tambah khususnya dibidang pariwisata. Maka dari itu pemerintah kota administrasi Serang bekerja sama dengan dinas pariwisata harus bekerjasama untuk membuat kawasan pelestarian cagar budaya, yaitu kawasan sejarah Banten Lama atau Kota Kuno Banten. Untuk itu kawasan dan tempat  tempat tersebut mendapat perhatian lebih dari pemerintah.

2.2.     Konservasi
Konservasi adalah upaya pelestarian lingkungan, tetapi tetap memperhatikan, manfaat yang dapat di peroleh pada saat itu dengan tetap mempertahankan keberadaan setiap komponen lingkungan untuk pemanfaatan masa depan.
Namun menurut Adishakti (2007) istilah konservasi yang biasa digunakan para arsitek mengacu pada Piagam dari International Council of Monuments and Site (ICOMOS) tahun 1981, yaitu Charter for the Conservation of Places of Cultural Significance, Burra, Australia, yang lebih dikenal dengan Burra Charter.
Disini dinyatakan bahwa konsep konservasi adalah semua kegiatan pelestarian sesuai dengan kesepakatan yang telah dirumuskan dalam piagam tersebut. Konservasi adalah konsep proses pengelolaan suatu tempat atau ruang atau obyek agar makna kultural yang terkandung di dalamnya terpelihara dengan baik. Kegiatan konservasi meliputi seluruh kegiatan pemeliharaan sesuai dengan kondisi dan situasi lokal maupun upaya pengembangan untuk pemanfaatan lebih lanjut. Suatu program konservasi sedapat mungkin tidak hanya dipertahankan keasliannya dan perawatannya namun tidak mendatangkan nilai ekonomi atau manfaat lain bagi pemilik atau masyarakat luas. Dalam hal ini peran arsitek sangat penting dalam menentukan fungsi yang sesuai karena tidak semua fungsi dapat dimasukkan. Kegiatan yang dilakukan ini membutuhkan upaya lintas sektoral, multi dimensi dan disiplin, serta berkelanjutan.
Tujuan dari kegiatan konservasi, antara lain :
a.         Memelihara dan melindungi tempat-tempat yang indah dan berharga, agar tidak hancur atau berubah sampai batas-batas yang wajar.
b.         Menekankan pada penggunaan kembali bangunan lama, agar tidak terlantar. Apakah dengan menghidupkan kembali fungsi lama, ataukah dengan mengubah fungsi bangunan lama dengan fungsi baru yang dibutuhkan.
c.         Melindungi benda-benda cagar budaya yang dilakukan secara langsung dengan cara membersihkan, memelihara, memperbaiki, baik secara fisik maupun khemis secara langsung dari pengaruh berbagai faktor lingkungan yang merusak.
d.         Melindungi benda-benda (dalam hal ini benda-benda peninggalan sejarah dan purbakala) dari kerusakan yang diakibatkan oleh alam, kimiawi dan mikro organisme.

2.3.     Kota Kuno Banten atau Banten Lama
Di tempat ini terdapat banyak Situs peninggalan dari Kerajaan Banten, diantaranya, Istana Surosoan, Masjid Agung Banten, Situs Istana Kaibon, Benteng Spellwijk, Danau Tasikardi, Meriam Ki Amuk, Pelabuhan Karangantu, Vihara Avalokitesvara.

a)    Istana Kaibon


Gambar 2.1 Istana Kraton Kaibon
( Sumber : wikipedia.com )

Istana Kaibon adalah sebuah Istana tempat tinggal Ratu Aisyah, ibunda dari Sultan Syaifuddin. Bentuknya hanyalah tinggal Reruntuhan saja. Disampingnya ada sebuah Pohon besar dan sebuah Kanal. Menurut penduduk sekitar, dulunya ini adalah sebua Istana yang sangat megah. Namun, Pada tahun 1832, Belanda menghancurkannya saat terjadi peperangan melawan KerajaanBanten.

b)    Istana Kraton Surosowan



Gambar 2.2 Istana Kraton Surosowan
( Sumber : wikipedia.com )
Tidak Jauh dari Istana Keraton Kaibon, terdapat sebuah Situs Istana Surosoan yang merupakan Kediaman para Sultan Banten, dari Sultan Maulana Hasanudin hingga Sultan Haji yang pernah berkuasa pada tahun1672-1687, Istana ini dibangun pada tahun 1552. Dibanding Istana Kaibon yang terlihat masih berupa bangunan, Istana Surosoan, hanya tinggal berupa sisa-sisa bangunannya saja. Sisa bangunan megah ini berupa Benteng yang terbuat dari batu merah dan batu karang dengan tinggi 0,5 – 2 meter. Ditengahnya terdapat kolam persegi empat. Konon, kolam tersebut adalah bekas pemandian para putri termasuk Rara Denok. Dengan luas sekitar 4 hektare. Bangunan sejarah ini dihancurkan oleh Belanda pada masa kekuasaan Sultan Ageng Tirtayasa tahun 1680.

c)    Mesjid Agung Banten

Gambar 2.3 Mesjid Agung Banten
( Sumber : wikipedia.com )

Masjid Agung Banten terletak di Kompleks bangunan masjid di Desa Banten Lama, Kecamatan Kasemen, sekitar 10 km sebelah utara Kota Serang. Masjid ini dibangun pertama kali oleh Sultan Maulana Hasanuddin (1552-1570), sultan pertama Kesultanan Demak. Ia adalah putra pertama Sunan Gunung Jati.
 Salah satu kekhasan yang tampak dari masjid ini adalah adalah atap bangunan utama yang bertumpuk lima, mirip pagoda China. Ini adalah karya arsitektur China yang bernama Tjek Ban Tjut. Dua buah serambi yang dibangun kemudian menjadi pelengkap di sisi utara dan selatan bangunan utama.
Di serambi kiri masjid ini terdapat kompleks makam Sultan-sultan Banten dan keluarganya, yaitu Maulana Hasanuddin dengan Permaisurinya,Sultan Ageng Tirtayasa, dan Sultan Abu Nashr Abdul Kahhar atau Sultan Haji. Sementara di serambi kanan, terdapat makam Sultan Maulana Muhammad, Sultan Zainul Abidin, Sultan Abdul Fattah, Pangeran Aria, Sultan Mukhyi, Sultan Abdul Mufakhir, Sultan Zainul Arifin, Sultan Zainul Asikin, Sultan Syarifuddin, Ratu Salamah, Ratu Latifah, dan Ratu Masmudah

d)    Vihara Avalokitesvara
Vihara ini merupakan salah satu Vihara tertua di Indonesia. Keberadaan Vihara ini diyakini merupakan bukti bahwa pada saat itu penganut Agama yang berbeda dapat hidup berdampingan dengan damai tanpa Konflik yang berarti.
Kondisi di dalam Vihara ini sendiri sejuk karena banyak pepohonan rindang dan terdapat tempat duduk yang nyaman untuk beristirahat. Selasar koridor Vihara yang menghubungkan bangunan satu dengan yang lainnya ini terdapat relief cerita hikayat Ular Putih, yang dilukis dengan berwarna-warni sebagai elemen estetis.

e)    Museum Purbakala Banten Lama
Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama mempunyai luas tanah kurang lebih 10.000 m2 dan bangunan kurang lebih 778 m2. Dibangun dengan gaya arsitektur tradisional Jawa Barat seperti yang terlihat pada bentuk atapnya. Museum yang terletak antara Keraton Surosowan dan Masjid Agung Banten Lama ini menyimpan banyak benda-benda purbakala. Dilihat dari bentuk bangunannya Museum Situs Kepurbakalaan lebih mirip seperti sebuah rumah yang kemudian dialihfungsikan menjadi museum.

Gambar 2.4  Museum Purbakala Banten LAMA
( Sumber : wikipedia.com )
Dari sekian banyak benda-benda purbakala yang menjadi koleksinya, benda-benda tersebut dibagi menjadi 5 kelompok besar.
  • Arkeologika, benda-benda yang digolongkan dalam kategori ini adalah Arca, Gerabah, Atap, Lesung Batu, dll.
  • Numismatika, koleksi bendanya berupa Mata Uang, baik Mata Uang lokal maupun Mata Uang asing yang dicetak oleh masyarakat Banten.
  • Etnografika, benda-benda koleksinya berupa miniatur Rumah Adat Suku Baduy dan berbagai macam Senjata Tradisional dan juga senjata peninggalan Kolonial seperti Tombak, Keris, Golok, Meriam, Pistol, dll.
  • Keramologika, yaitu benda-benda koleksi berupa macam-macam Keramik. Keramik yang tersimpan berasal dari berbagai tempat seperti Burma, Vietnam, China, Jepang,Timur Tengah dan Eropa. Tidak ketinggaln pula keramik lokal asal Banten yang biasanya lebih dikenal dengan sebutan Gerabah dan biasanya gerabah ini digunakan sebagai alat-alat rumah tangga.
  • Seni rupa, yang termasuk didalamnya adalah benda-benda seni seperti Lukisan atau Sketsa. Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama ini menyimpan banyak koleksi lukisan tetapi hampir keseluruhannya adalah lukisan hasil reproduksi.

Selain menyimpan benda-benda koleksi kepurbakalaannya di dalam ruangan, terdapat dua Artefak yang disimpan di halaman Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama, yaitu artefak Meriam Ki Amuk dan juga alat penggilingan Lada. Yang paling terkenal adalah Meriam Ki Amuk, meriam yang terbuat dari tembaga dengan tulisan arab yang panjangnya sekitar 2,5 meter ini merupakan bantuan dari Ottoman Turki. Konon Meriam Ki Amuk memiliki kembaran yaitu Meriam Ki Jagur yang saat ini tersimpan di halaman belakangMuseum Fatahillah Jakarta. Sedangkan alat penggilingan lada yang terbuat dari batu padas yang sangat keras telah hancur menjadi beberapa bagian. Pada zaman dahulu Banten memang dikenal sebagai penghasil lada, itulah yang menyebabkan Belanda datang ke Banten, salah satunya ingin menguasai produksi lada.

f)     Tasik Kardi








Gambar 2.5 Mesjid Agung Banten
( Sumber : wikipedia.com )
Danau ini terletak tidak jauh dari Istana Kaibon, Konon, danau tersebut luasnya 5 hektare dan bagian dasarnya dilapisi oleh batu bata, Pada masa itu danau ini dikenal dengan nama "Situ Kardi" yang memiliki sistem ganda, selain sebagai penampung air di Ci Banten yang digunakan sebagai pengairan persawahan, danau ini juga dimanfaatkan sebagai pasokan air bagi keluarga keraton dan masyarakat sekitarnya. Air dialirkan dari pipa-pipa yang terbuat dari terakota berdiameter 2–40 cm. Sebelum digunakan air danau harus disaring dan diendapkan di penyaringan khusus yang dikenal dengan Pengindelan Abang atau Penyaringan Merah, Pengindelan Putih atau Penyeringan Putih, danPengeindelan Emas atau Penyaringan Emas.







BAB III
GAMBARAN KAWASAN





        Gambar 3.1 Lukisan François Valentijn pada tahun 1694
         (Sumber : alwishahab.wordpress.com)


      Lukisan di atas menggambarkan keadaan kota Banten Lama pada tahun 1694 yang di lukis oleh Francois Valentijn, dalam lukisan tersebut alat tranportasi yang di gunakan ialah kapal laut karena kota Banten Lama merupaka pusat dari perdagangan rempah-rempah yang terjadi di masa itu dan letak geografisnya yang berdekatan dengan garis pantai dan laut




Gambar 3.2 Map Banten Lama 2016
( Sumber : maps.google.co.id )

Dan gambar google map ini menggambarkan keadaan dari Banten Lama pada tahun 2016, dimana perubahan-perubhan terjadi pada fungsi bangunan dan akses menuju ke Banten Lama.





Gambar 3.3 Map Banten Lama 2016
( Sumber : maps.google.co.id )


  






Gambar 3.4 Map Banten Lama 2016
( Sumber : maps.google.co.id )
















BAB IV
USULAN DAN PELESTARIAN KAWASAN

4.1.     Usulan Pelestarian
Menurut saya, berdasarkan tinjauan langsung terhadap kawasan pengamatan dan berdasarkan analisis masalah dan potensi yang ada pada Kawasan Kota Kuno Banten atau Banten Lama, yaitu :
1.         Perlu dilakukannya peremajaan kawasan, mengembalikan suasana asri seperti tahun dimana Kota Kuno Banten menjadi pusat kehidupan pada jaman dahulu sebelum menjadi perumahan dan kawansan wisata.
2.         Penghijauan kawasan dirasa sangat perlu dilakukan mengingat kawasan Kota Kuno Banten memiliki suhu yang sangat panas dan perlu diredam dengan melakukan penghijauan kawasan tersebut.
3.         Perlu dilakukannya upaya revitalisasi bangunan bersejarah yang hampir rusak hingga yang telah rusak.
4.         Penambahan fungsi baru pada kawasan Kota Kuno Banten yang nantinya akan menjadi daya tarik bagi para pengunjung..
5.         Perlu dilakukannya penataan ulang area parkir agar lebih tertib dan ter-zona dengan baik.
6.         Perlu adanya penghubung atau Connection yang jelas dan menarik sehingga terjadi kembali dialog antara situs prasejarah yang ada di kawasn tersebut yang telah terputus, penghubung yang memiliki vokal point, memiliki fungsi lebih dari sekedar penghubung dan dapat sebagai penghasil ekonomi bagi warga sekitar sehingga lebih bermanfaat.
7.         Pemanfaatan aksesbilitas dari air agar sungin yang ada dapat di optimalkan untuk tranportsi sungai atau laut dan daya tarik parawisatawan baik dari dalam negri maupun luar negri.

4.2.     Kesimpulan
Kesimpulan dari Kawasan Kota Kuno Banten atau Bante Lama banyak terjadinya perbuhan fungsi bangunan dan kerusakan bangunan, namun itu semua dapat dianulir dengan meningkatkannya potensi-potensi parawisata dan perekonomian yang ada di sekitar kawasan baik dengan cara konservasi dan pelestarian oleh pemerintah dan juga harus di dukung dengan masyarakat sekitar yang turun langsung ikut serta dalam pelestarian cagar budaya.










Sumber :