TUGAS KONSERVASI
ARSITEKTUR
SIDHO FERBRYANDRY JAMANSYA
22312913 | 4TB02
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kota Kuno Banten atau Banten
Lama adalah situs yang merupakan
sisa kejayaan Kerajaan Banten. Letaknya
relatif tidak jauh dari kota Jakarta, dapat ditempuh
sekitar 2 jam dari Jakarta.
Di tempat ini terdapat
banyak Situs peninggalan
dari Kerajaan Banten,
diantaranya, Istana Surosoan, Masjid
Agung Banten, Situs
Istana Kaibon, Benteng Spellwijk, Danau Tasikardi, Meriam Ki Amuk, Pelabuhan Karangantu, Vihara Avalokitesvara.
Sejak tahun 1995, Kota Kuno Banten telah diusulkan ke UNESCO untuk dijadikan salah satu Situs
Warisan Dunia.
Gambar
1.1 Mesjid Agung
Banten
( Sumber : warasfarm.wordpress.com )
Mesjid Agung Banten
merupakan salah satu situs yang harus di lestarikan, karena Mesjid Agung Banten
merupakan situ peninggal sejarah kerajaan banten yang memiliki nilai sejarah
dan juga nilai arsitektur.
Tidak hanya Mesjid Agung
Banten saja yang berada di kawasan Kuno Banten atau Banten Lama, masih banyak lagi
peninggalan-peninggalan sejarah Kerajaan Banten yang memiliki nilai-nilai
sejarah dan arsitektur yang harus di lestarikan dan di kembangkan menjadi
sebuah kawasan yang dapat memberikan ilmu sejarah dan dapat meningkatkan
perekonomian daerah sekitar.
Akan tetapi hal ini harus
di imbangi dengan fasilitas aksesbilitas dan pedagang kaki lima ( PKL ) yang
ada di kawan tersebut, minimnya fasilitas aksebilitas akan berdampak pada
pengunjung yang datang ke Banten Lama dan pedagang kaki lima ( PKL ) yang tidak
beraturan dan tidak teratur akan menghambat perkembangan pendapatan keuangan
yang ada.
Maka dari itu di
perlukannya konservasi dan pelestarian dari kawasan Banten Lama agar minta
warga dan pengunjung menjadi naik dan pendapatan keuangan daerah sekitar
meningkat.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Tindakan
Pelestarian
Berdasarkan hasil
penelusuran dan pengamatan kawasan Banten Lama memiliki banyak nilai sejarah
historial hingga arsitektural. Hai ini bisa dijadikan suatu nilai tambah
khususnya dibidang pariwisata. Maka dari itu pemerintah kota administrasi Serang
bekerja sama dengan dinas pariwisata harus bekerjasama untuk membuat kawasan
pelestarian cagar budaya, yaitu kawasan sejarah Banten Lama atau Kota Kuno
Banten. Untuk itu kawasan dan tempat tempat tersebut mendapat perhatian
lebih dari pemerintah.
2.2. Konservasi
Konservasi adalah upaya
pelestarian lingkungan, tetapi tetap memperhatikan, manfaat yang dapat di
peroleh pada saat itu dengan tetap mempertahankan keberadaan setiap komponen
lingkungan untuk pemanfaatan masa depan.
Namun menurut Adishakti (2007)
istilah konservasi yang biasa digunakan para arsitek mengacu pada Piagam
dari International Council of Monuments and Site (ICOMOS) tahun 1981,
yaitu Charter for the Conservation of Places of Cultural Significance,
Burra, Australia, yang lebih dikenal dengan Burra Charter.
Disini dinyatakan bahwa
konsep konservasi adalah semua kegiatan pelestarian sesuai dengan kesepakatan
yang telah dirumuskan dalam piagam tersebut. Konservasi adalah konsep proses
pengelolaan suatu tempat atau ruang atau obyek agar makna kultural yang
terkandung di dalamnya terpelihara dengan baik. Kegiatan konservasi meliputi
seluruh kegiatan pemeliharaan sesuai dengan kondisi dan situasi lokal maupun
upaya pengembangan untuk pemanfaatan lebih lanjut. Suatu program konservasi
sedapat mungkin tidak hanya dipertahankan keasliannya dan perawatannya namun
tidak mendatangkan nilai ekonomi atau manfaat lain bagi pemilik atau masyarakat
luas. Dalam hal ini peran arsitek sangat penting dalam menentukan fungsi
yang sesuai karena tidak semua fungsi dapat dimasukkan. Kegiatan yang dilakukan
ini membutuhkan upaya lintas sektoral, multi dimensi dan disiplin, serta
berkelanjutan.
Tujuan dari kegiatan konservasi,
antara lain :
a.
Memelihara
dan melindungi tempat-tempat yang indah dan berharga, agar tidak hancur atau
berubah sampai batas-batas yang wajar.
b.
Menekankan
pada penggunaan kembali bangunan lama, agar tidak terlantar. Apakah dengan
menghidupkan kembali fungsi lama, ataukah dengan mengubah fungsi bangunan lama
dengan fungsi baru yang dibutuhkan.
c.
Melindungi benda-benda
cagar budaya yang dilakukan secara langsung dengan cara membersihkan,
memelihara, memperbaiki, baik secara fisik maupun khemis secara langsung dari
pengaruh berbagai faktor lingkungan yang merusak.
d.
Melindungi benda-benda
(dalam hal ini benda-benda peninggalan sejarah dan purbakala) dari kerusakan
yang diakibatkan oleh alam, kimiawi dan mikro organisme.
2.3. Kota
Kuno Banten atau Banten Lama
Di tempat ini terdapat
banyak Situs peninggalan
dari Kerajaan Banten,
diantaranya, Istana Surosoan, Masjid
Agung Banten, Situs
Istana Kaibon, Benteng
Spellwijk, Danau Tasikardi, Meriam Ki Amuk, Pelabuhan Karangantu, Vihara Avalokitesvara.
a)
Istana Kaibon
Gambar 2.1 Istana
Kraton Kaibon
( Sumber
: wikipedia.com
)
Istana
Kaibon adalah sebuah Istana tempat
tinggal Ratu Aisyah, ibunda dari Sultan Syaifuddin. Bentuknya hanyalah tinggal Reruntuhan saja.
Disampingnya ada sebuah Pohon besar dan
sebuah Kanal. Menurut penduduk sekitar, dulunya ini adalah sebua Istana yang sangat
megah. Namun, Pada tahun 1832, Belanda menghancurkannya
saat terjadi peperangan melawan KerajaanBanten.
b)
Istana
Kraton Surosowan
Gambar 2.2 Istana
Kraton Surosowan
( Sumber
: wikipedia.com
)
Tidak Jauh dari Istana Keraton Kaibon, terdapat sebuah Situs Istana Surosoan yang merupakan Kediaman para Sultan Banten, dari Sultan Maulana
Hasanudin hingga Sultan Haji yang pernah berkuasa pada tahun1672-1687, Istana ini dibangun pada tahun 1552. Dibanding Istana Kaibon yang terlihat masih berupa bangunan, Istana
Surosoan, hanya tinggal berupa sisa-sisa bangunannya saja. Sisa bangunan megah
ini berupa Benteng yang terbuat dari batu merah dan batu karang dengan
tinggi 0,5 – 2 meter. Ditengahnya terdapat kolam persegi empat. Konon, kolam
tersebut adalah bekas pemandian para putri termasuk Rara Denok. Dengan luas sekitar 4 hektare. Bangunan sejarah ini
dihancurkan oleh Belanda pada masa kekuasaan Sultan Ageng Tirtayasa tahun 1680.
c) Mesjid
Agung Banten
Gambar 2.3 Mesjid
Agung Banten
( Sumber
: wikipedia.com
)
Masjid Agung Banten
terletak di Kompleks bangunan masjid di Desa Banten Lama, Kecamatan Kasemen, sekitar 10 km sebelah
utara Kota Serang. Masjid ini dibangun pertama kali oleh Sultan
Maulana Hasanuddin (1552-1570),
sultan pertama Kesultanan Demak. Ia adalah
putra pertama Sunan Gunung Jati.
Salah satu kekhasan yang
tampak dari masjid ini adalah adalah atap bangunan utama yang bertumpuk lima,
mirip pagoda China. Ini adalah karya arsitektur China yang
bernama Tjek Ban Tjut. Dua buah serambi yang dibangun
kemudian menjadi pelengkap di sisi utara dan selatan bangunan utama.
Di serambi kiri masjid
ini terdapat kompleks makam Sultan-sultan Banten dan keluarganya, yaitu Maulana
Hasanuddin dengan Permaisurinya,Sultan
Ageng Tirtayasa, dan Sultan Abu Nashr Abdul Kahhar atau Sultan Haji. Sementara di
serambi kanan, terdapat makam Sultan Maulana Muhammad, Sultan Zainul Abidin, Sultan Abdul Fattah, Pangeran Aria, Sultan Mukhyi, Sultan Abdul Mufakhir, Sultan Zainul Arifin, Sultan Zainul Asikin, Sultan Syarifuddin, Ratu Salamah, Ratu Latifah, dan Ratu Masmudah
d)
Vihara Avalokitesvara
Vihara ini merupakan salah satu Vihara tertua di Indonesia. Keberadaan
Vihara ini diyakini merupakan bukti bahwa pada saat itu penganut Agama yang
berbeda dapat hidup berdampingan dengan damai tanpa Konflik yang berarti.
Kondisi di dalam Vihara
ini sendiri sejuk karena banyak pepohonan rindang dan terdapat tempat duduk
yang nyaman untuk beristirahat. Selasar koridor Vihara yang menghubungkan
bangunan satu dengan yang lainnya ini terdapat relief cerita hikayat Ular
Putih, yang dilukis dengan berwarna-warni sebagai elemen estetis.
e)
Museum Purbakala Banten Lama
Museum Situs
Kepurbakalaan Banten Lama mempunyai luas tanah kurang lebih 10.000 m2 dan
bangunan kurang lebih 778 m2. Dibangun dengan gaya arsitektur tradisional Jawa
Barat seperti yang terlihat pada bentuk atapnya. Museum yang terletak antara
Keraton Surosowan dan Masjid Agung Banten Lama ini menyimpan banyak benda-benda
purbakala. Dilihat dari bentuk bangunannya Museum Situs Kepurbakalaan lebih
mirip seperti sebuah rumah yang kemudian dialihfungsikan menjadi museum.
Gambar 2.4 Museum Purbakala Banten LAMA
( Sumber
: wikipedia.com
)
Dari sekian banyak
benda-benda purbakala yang menjadi koleksinya, benda-benda tersebut dibagi
menjadi 5 kelompok besar.
- Arkeologika, benda-benda yang digolongkan dalam kategori ini adalah Arca, Gerabah, Atap, Lesung Batu, dll.
- Numismatika, koleksi bendanya berupa Mata Uang, baik Mata Uang lokal maupun Mata Uang asing yang dicetak oleh masyarakat Banten.
- Etnografika, benda-benda koleksinya berupa miniatur Rumah Adat Suku Baduy dan berbagai macam Senjata Tradisional dan juga senjata peninggalan Kolonial seperti Tombak, Keris, Golok, Meriam, Pistol, dll.
- Keramologika, yaitu benda-benda koleksi berupa macam-macam Keramik. Keramik yang tersimpan berasal dari berbagai tempat seperti Burma, Vietnam, China, Jepang,Timur Tengah dan Eropa. Tidak ketinggaln pula keramik lokal asal Banten yang biasanya lebih dikenal dengan sebutan Gerabah dan biasanya gerabah ini digunakan sebagai alat-alat rumah tangga.
- Seni rupa, yang termasuk didalamnya adalah benda-benda seni seperti Lukisan atau Sketsa. Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama ini menyimpan banyak koleksi lukisan tetapi hampir keseluruhannya adalah lukisan hasil reproduksi.
Selain menyimpan
benda-benda koleksi kepurbakalaannya di dalam ruangan, terdapat dua Artefak yang disimpan di halaman Museum Situs
Kepurbakalaan Banten Lama, yaitu artefak Meriam Ki Amuk dan juga alat penggilingan Lada. Yang paling terkenal adalah Meriam Ki
Amuk, meriam yang terbuat dari tembaga dengan tulisan arab yang panjangnya
sekitar 2,5 meter ini merupakan bantuan dari Ottoman Turki. Konon Meriam Ki Amuk memiliki kembaran yaitu Meriam Ki Jagur yang saat ini tersimpan di halaman
belakangMuseum
Fatahillah Jakarta. Sedangkan alat
penggilingan lada yang terbuat dari batu padas yang sangat keras telah hancur
menjadi beberapa bagian. Pada zaman dahulu Banten memang dikenal sebagai penghasil
lada, itulah yang menyebabkan Belanda datang ke Banten, salah satunya ingin
menguasai produksi lada.
Gambar 2.5 Mesjid
Agung Banten
( Sumber
: wikipedia.com
)
Danau ini terletak tidak
jauh dari Istana Kaibon, Konon, danau tersebut luasnya 5 hektare dan bagian dasarnya
dilapisi oleh batu bata, Pada masa itu danau ini dikenal dengan nama
"Situ Kardi" yang memiliki sistem ganda, selain sebagai penampung air
di Ci Banten yang digunakan sebagai pengairan persawahan, danau ini juga dimanfaatkan sebagai pasokan air bagi keluarga keraton dan masyarakat sekitarnya. Air
dialirkan dari pipa-pipa yang terbuat dari terakota berdiameter 2–40 cm. Sebelum digunakan air danau
harus disaring dan diendapkan di penyaringan khusus yang dikenal dengan Pengindelan Abang atau Penyaringan
Merah, Pengindelan Putih atau Penyeringan
Putih, danPengeindelan Emas atau Penyaringan Emas.
BAB III
GAMBARAN KAWASAN
(Sumber : alwishahab.wordpress.com)
Lukisan di
atas menggambarkan keadaan kota Banten Lama pada tahun 1694 yang di lukis oleh
Francois Valentijn, dalam lukisan tersebut alat tranportasi yang di gunakan
ialah kapal laut karena kota Banten Lama merupaka pusat dari perdagangan
rempah-rempah yang terjadi di masa itu dan letak geografisnya yang berdekatan
dengan garis pantai dan laut
Gambar 3.2 Map
Banten Lama 2016
( Sumber
: maps.google.co.id )
Dan gambar google map ini
menggambarkan keadaan dari Banten Lama pada tahun 2016, dimana
perubahan-perubhan terjadi pada fungsi bangunan dan akses menuju ke Banten
Lama.
Gambar 3.3 Map
Banten Lama 2016
( Sumber
: maps.google.co.id )
Gambar 3.4 Map
Banten Lama 2016
( Sumber
: maps.google.co.id )
BAB IV
USULAN DAN PELESTARIAN KAWASAN
4.1. Usulan
Pelestarian
Menurut saya, berdasarkan tinjauan langsung terhadap
kawasan pengamatan dan berdasarkan analisis masalah dan potensi yang ada pada
Kawasan Kota Kuno Banten atau Banten Lama, yaitu :
1.
Perlu
dilakukannya peremajaan kawasan, mengembalikan suasana asri seperti tahun
dimana Kota Kuno Banten menjadi pusat kehidupan pada jaman dahulu sebelum
menjadi perumahan dan kawansan wisata.
2.
Penghijauan
kawasan dirasa sangat perlu dilakukan mengingat kawasan Kota Kuno Banten
memiliki suhu yang sangat panas dan perlu diredam dengan melakukan penghijauan
kawasan tersebut.
3.
Perlu
dilakukannya upaya revitalisasi bangunan bersejarah yang hampir rusak hingga
yang telah rusak.
4.
Penambahan
fungsi baru pada kawasan Kota Kuno Banten yang nantinya akan menjadi daya tarik
bagi para pengunjung..
5.
Perlu
dilakukannya penataan ulang area parkir agar lebih tertib dan ter-zona dengan
baik.
6.
Perlu
adanya penghubung atau Connection yang
jelas dan menarik sehingga terjadi kembali dialog antara situs prasejarah yang
ada di kawasn tersebut yang telah terputus, penghubung yang memiliki vokal
point, memiliki fungsi lebih dari sekedar penghubung dan dapat sebagai
penghasil ekonomi bagi warga sekitar sehingga lebih bermanfaat.
7.
Pemanfaatan
aksesbilitas dari air agar sungin yang ada dapat di optimalkan untuk tranportsi
sungai atau laut dan daya tarik parawisatawan baik dari dalam negri maupun luar
negri.
4.2. Kesimpulan
Kesimpulan dari Kawasan Kota
Kuno Banten atau Bante Lama banyak terjadinya perbuhan fungsi bangunan dan
kerusakan bangunan, namun itu semua dapat dianulir dengan meningkatkannya potensi-potensi
parawisata dan perekonomian yang ada di sekitar kawasan baik dengan cara
konservasi dan pelestarian oleh pemerintah dan juga harus di dukung dengan
masyarakat sekitar yang turun langsung ikut serta dalam pelestarian cagar
budaya.
Sumber
: